Sejarah Jepang


SEJARAH JEPANG

3.1. LATAR BELAKANG
            Jepang merupakan negara kepulauan yang berbentuk garis melengkung dan  terbentang dari Timur Laut ke Barat Daya di lautan bagian Timur benua Asia, Luas wilayah 370. 000 km2, hanya kurang dari 1/27 luas daratan negara Cina dan 1/5 luas negara Indonesia. kita ketahui bahwa kepulauan Jepang ini berada di kawasan gunung merapi yang masih aktip di dunia, dan merupakan daerah rawan gempa bumi, tsunami, banjir dan lahar gunung merapi. Dapat kita ketahui pula Jepang merupakan negara penghasil teknologi maju dan pembuatan nuklir. Iklim dari negara Jepang ini sendiri adalah iklim sedang yang dipengaruhi oleh angin muson, antara daerah yang satu dengan yang lain berbeda karena panjangnya negara ini dari utara ke selatan. Pegunungan yang memanjang dari tengah kepulauan ini sehingga membentuk dua bagian yang berbeda, yaitu bagian pantai pasifik dan laut Jepang. Perbedaan antara kedua bagian ini lebih dipergegas oleh pengaruh angin musim dan aliran-aliran samudra di negara Jepang itu sendiri. Tetapi secara umum perubahan antara musim sangat jelas dan terbagi rata sepanjang tahun, hal seperti ini menguntungkan suburnya tanaman-tanaman yang berada di wilayah kepulauan Jepang ini sendiri.
            Kemudian ketika lautan sekali lagi mendesak daratan, terbentuklah Selat Korea dan Tsugaru dan kepulauan Jepang. Kesenian yang menonjol ialah seni bangunan karena adanya pengaruh agama Budha dan telah berdirinya kuil-kuil dengan motif seni lukis, seni pahatan yang yang terukir di patung dan kerajinan tangan yang dihasilkan. Agama yang dianut oleh bangsa Jepang ini sendiri ialah agama Budha, agama Budha ini sendiri masuk pada abad ke 6 karena adanya pengaruh dari Asia (Cina) akan tetapi runtuhnya kekuasaan Togawa agama Budha ini mulai tidak terdengar lagi, disebabkan adanya kaum terpelajar yang cenderung menerima paham Konfusianisme karena telah menjadi faktor yang menentukan kehidupan dan cara berfikir bangsa Jepang. Pada abad ke 16 agama Kristen masuk ke Jepang yang langsung dibawa oleh missionaris Kristen
            Penemuan para ahli arkeologi Erova, penemuan fosil-fosil gajah di temukan di berbagai tempat di seluruh Jepang, dan menunjukan bahwa pada zaman tersebut hewan-hewan purba ini datang ke Jepang dari utara atau mungkin asia Barat Daya. Kebudayaan Jepang ini sendiri muncul dan berkembang dari zaman batu sama seperti dengan perkembangan negara-negara yang lain, secara umum diakui alat-alat batu yang mirip dengan alat-alat serupa dari zaman Neoliticum di Erova sudah terdapat di daerah Jepang, hal ini dibuktikan oleh arkeologi dari Erova (1940) menemukan alat-alat purba seperti kapak genggam, pisau, dan lukisan para pemburu yang terdapat di dalam gua daerah pesisir pantai Jepang, artinya pada abad yang lalu telah ada manusia yang menghuni kepulauan Jepang ini yaitu bangsa primitip yang datang dari Asia Utara dan berbahasa Ural-Alfa. Setelah berkembangnya kebudayaan dari zaman Neoliticum dan ke-zaman berikutnya kebudayaan Jonon orang Jepang sendiri merupakan kebudayaan yang diciptakan oleh orang-orang terdahulu dan berkembang menjadi kebudayaan Kekaisaran. Pekerjaan orang-orang terdahulu di Jepang ini adalah berburu, memancing, berkebun dan ternak. Berburu merupakan pokok utama dari penghasil kebutuhan untuk hidup, mereka setiap tahun mengembara untuk mencari mangsa. Dari dampak perburuan ini mereka menetap dan membuat perkampungan sendiri, dari setiap perkampungan ini dipimpin oleh ketua suku, dan telah menerapkan sistem perdagangan di kalangan masyarakat terdahulu.
            Hal ini dapat dibuktikan melalui adanya penemuan-penemuan di kebudayaan Jonon meskipun kebudayan jonon ini meluas sampai ke daerah Hounshu bagian Timur Laut di daratan Kanto, diduga orang-orang yang mengembangkan kebudayaan ini mempunyai hubungan khusus dengan bangsa Asia Utara, dikarenakan asal mula kedatangan orang-orang ini berasal dari Asia Utara dan menjadi nenek moyang bangsa Jepang. Oleh sebab itu mereka menjadikan kebudayaan ini sebagai kebudayaan nenek moyang bangsa terdahulu. Oleh karena itu orang-orang Jepang menjadikan kebudayan murni dalam kehidupan sehari hari, dan dari sini asal semangat hidup orang bangsa Jepang. Sementara itu unsur-unsur kebudayaan baru mulai mengalir masuk Jepang melalui Korea. Hurup-hurup kanji dalam bahasa Jepang telah dikenal sejak lama, karena orang jepang mempunyai hurup sendiri dan mereka mengunakan hurup Cina untuk menulis bahasa mereka. Hurup-hurup tidak hanya memungkinkan komunikasi tertulis tetapi juga membuka pintu bagi pengetahuan. Bangsa Jepang sekarang merupakan suatu ras campuran dari bangsa Manchu, Cina, Melayu, dan Mongol. Kebudayaan yang dimiliki orang Jepang terdahulu hampir sama dengan hasil kebudayaan yang lain contoh adanya pelayaran yang melalu kapal-kapal kecil, adanya sistem barter untuk jual beli dan keagamaan. Keagamaan ini sendiri sangat sederhana sekali karena menurut keyakinan orang-orang Jepang sendiri, mereka masih mempercayai adanya roh-roh halus yang bertempat tingal di dataran tinggi dan pepohonan. Keyakinan ini diwarisi oleh nenek moyang bangsa Jepang, namun pada waktu itu, agama ini belum ada yang berani memberi identitas / nama. Namun dari sekian banyak agama yang masuk dan pergi, akhirnya mereka mendapatkan sebuah nama untuk identitas keyakinan mereka, ”Shinto” dan agama ini menjadi agama asli bangsa Jepang

3.2. MASA JAYA DAN RUNTUHNYA NEGARA KUNO
            Cina abad ketiga, menyaksikan runtuhnya dinasti Han terakhir yang disusul oleh tiga kerajaan: Wei, Wu dan Shu, akan tetapi tidak lama kemudian chin menguasai Wei dan berhasil dalam usaha menciptakan semacam persatuan di negara itu. Berbagai bangsa yang tingal di bagian utara sungai giat pada masa itu, dan pada permulaan abad keempat Chin pindah ke bagian Selatan sungai Yangtse untuk menghindari ancaman dari bangsa Utara itu. Di korea pada permulaan abad keempat, koguryo yang telah maju ke selatan Manchuria berhasil menguasai Rakrang-kun dan kemudian mendirikan kedaulatan di bagian utara Semenanjung.
            Akibat semua ini membuat kecenderungan menuju persatuan bangsa di benua Asia, di sekitar abad 3 M, di Kyushu Utara terdapat negara yang dikuasai oleh seorang ratu. Negara yang bernama Yamatai ini dengan kerajaan Wei ”Wo” pada mulanya kecil dan merupakan sebutan orang Cina kuno buat orang-orang Jepang. Bangsa Jepang disebut ”wo-jen” sedangkan negaranya disebut ”Wo-kuo”. Tahun kejadian itu ditetapkan jauh sesudah terbentuknya Negara Yamato dan amat memperpanjang masa yang dimaksud, dan karena itu tidak dapat dipercaya, akan tetapi teori bahwa nenek moyang kaisar pada mulanya bergerak kearah Timur dan Khushu mungkin merupakan fakta sejarah. Banyak para ahli peneliti yang bertanya-tanya kenapa kerajaan Yanato yang berhasil memimpin usaha persatuan itu. Menurut Nihon Shoki, sejarah tertulis Jepang yang paling awal kedudukan kaisar sesudah Jimmu dipangku oleh keturunan secara turun-temurun.
            Mereka yang memerintah dari pusat kekaisaran yang didirikan di propinsi Yamato, menurut sumber yang sama, kira-kira pada waktu pemrintahan kaisar kelima belas, Ojin  telah diadakan hubungan erat dengan Korea, oleh sebab itu banyak orang Korea menjadi warga Jepang dan menetap tinggal di wilayah kepulauan Jepang. Pada masa Wangsa Yamato, kaisar Ojin sangat dihormati karena berkat seni bukit-bukit perkuburan yang dapat kita lihat di zaman sekarang. Pada zaman itu terdiri dari gundukan tanah besar yang menyerupai bukit-bukit kecil dan dimana jenazah diletakan digundukan itu, makam-makam besar ini tidak hanya saja dibuat oleh kaisar, tetapi juga oleh keluarga yang berkuasa di propinsi. Berbagai macam benda kesayangan dapat dimasukan ke dalam lubang kubur jenazah. Sementara itu ada unsur-unsur kebudayaan baru yang memulai masuknya ke Jepang melalui Korea, disini hurup-hurup Cina yang disebut huruf Kanji bagi Jepang telah dikenal sejak lama dan dipakai oleh Jepang untuk alat komunikasi tertulis. Yang menyebabkan Jepang memakai huruf-huruf Cina dikarenakan Jepang tidak ada huruf-huruf yang dihasilkan sendiri.

3.3. PEMBAHARUAN TAIKA
            Dalam masa pemerintahan Shotoku, tidak banyak prestasi yang dicita-citakan  Taishi tidak semuanya berhasil semuanya diterapkan semasa hidupnya, akibat dari wafatnya telah muncul orang-orang baru yaitu Naka-No-Oe dan Fujiwara-No-Kamatari mereka telah berhasil dalam usaha mendirikan negara yang pantas buat zaman baru itu, dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kedua orang itu dikenal dengan sebutan  Perbaruan-perbaruan Taika. Didalam tindakan-tindakan Taika terdapat keburukan yang dilakukan oleh suatu keluarga yan membuat keluarga itu menjadi kaya dan memperbesar kekuasaan. Pemikiran yang dilakukan oleh Naka-No-Oe dan kawan-kawan untuk memberontak atau melakukan suatu kudeta berhasil dilakukan, Naka-No-Oe membentuk negara baru dalam membentuk suatu kepemimpinan Naka-No-Oe mencontoh dari Cina (Dinasti Tang) untuk merubah sistem pemerintahan (tahun 646 M),
            Dalam melakukan perubahan-perubahan perintahan baru Naka-No-Oe melakukan Tindakan pengambilan alihan semua tanah dan rakyat yang memiliki oleh pribadi untuk diserahkan kepada negara. Propinsi dibagi secara administrasi ada tiga macam Distrik Kuni, Koni dan Sato, kuni diperintah langsung oleh Gubenur resmi, pangeran Naka memberikan contoh yang baik dengan secara suka rela menyerahkan tanah dan rakyat yang dimilikinya kepada negara. Menurut sejarah pembaharuan, pembaharuan ini diatur dengan semangat. Tetapi dalam lima tahun terakhir tindakan perbaruhan yang dilakukan Naka-No-Oe akhirnya mendapat halangan yang berat oleh Paekche. Paeckche telah lama dibawah kekuasaan Jepang. Dalam masa pemerintahan kaisar purti Saimei, ibu pangeran Nako-No-Oe meminta agar Jepang membantu Paeckhe di semenanjung, dan Putri Saimei langsung turun sebagai komando barisan depan dalam peperangan, namun dalam peristiwa peperangan tersebut Putri Saimei gugur dan membuat pasukan Jepang untuk mundur dari akibat mundurnya tentara Jepang maka peperangan dimenangkan oleh pihak Tang. Dari akhir cerita peperangan telah dimenangkan oleh pihak Tang dan ini pula menjadi faktor utama runtuhnya kekuasaan Jepang di Benua Asia berakhir.
            Dengan hilangnya kekuasaan di Benua Asia, Tenji sebagai kaisar yang mengantikan Saimei memperkuat pertahanan Jepang di daerah Kyushu, akan tetapi usaha-usaha yang dilakukan oleh Tenji mengalami kegagalan yang cukup besar, adik dari Tenji (Temmu) akhirnya mengambil keputusan untuk memperbaiki cita-cita dari sang kakak. Dan pada akhirnya Temmu berhasil melakukan pembaruhan Teika, Temmu juga meresmikan kitab undang-undang Ritsuryo, dan pada masa inilah negara kesatuan sunguh menjadi kenyataan. Rakyat Jepang pun menghargai usaha-usaha Temmu dengan penghargaan sebagai dewa. Pada masa kekaisaran Mommu, Ritsuryo diubah dengan sebutan Taiho Ritsuryo ”Undang-undang Taiho” ini merupakan Undang-undang Taiho yang dipakai pemerintahan negara selama berabad-abad sebagai landasan pemerintahan Jepang.

3.4. KEJAYAAN ZAMAN NARA.
            Pada masa pemerintahan kaisar Gemmei yang merupakan penganti kaisar Mommu terdahulu (abat 8), ibu kota dipindahkan ke daerah Nara selama tujuh puluh tahun. Selama tujuh puluh tahun ini kaisar yang perna memimpin ada tujuh kaisar, saat itulah zaman ini disebut zaman Nara. Sistem undang-undang Taiho Ritsuryo diterapkan di zaman Nara ini sebagai landasan Pemerintahan, dikarenakan adanya pengaruh kehidupan bangsa. Dengan menerapkan Undang-undang Taiho Ritsuyo pemerintahan Nara ini mengalami puncak ke-emasan dan kemakmuran bagi rakyat Jepang. Pada masa yang sama Dinasti Tang juga mengalami puncak ke-emasan dan terciptahlah kebudayaan yang tinggi, akan tetapi Jepang mengambil hasil kebudayaan itu dari dinasti Tang (Cina), dengan memakai hasil kebudayaan Tang Jepang pun berhasil menciptakan kebudayaan baru yang lebih matang. Ciri khas kebudayaan ini merupakan tekanan kepada agama Budha, dikarenakan agama Budha di bidang politik dan kebudayaan tidak sejalan dengan semangat Taiho Retsuryo. Sedangkan Ritsuryo inin dibentuk untuk menjadikan hubungan erat antara rakyat dan penguasa. Dengan berjalanya unsur Taiho Ritsuryo ini pemerintahan mengalami kemajuan yang sangat signifikan dan dapat mengembangkan sistem ekonomi yang baik dapat kita lihat pula di zaman Nara ini telah menghasilkan mata uang sendiri.
            Akan tetapi tak lama dari keberhasilan dari semangat Taiho Ritsuryo ini diterapkan, rakyat mulai mengalami kesengsaraan akibat kesulitan pembagian tanah-tanah, adanya beban yang wajib dipikul oleh rakyat. Pada akhirnya kaisar Gemmei turun tahta dan digantikan oleh Shomu, ia adalah seorang buhdis yang patuh kepada agamanya dan sangat mahir dalam paham Kong Hu Cu. Pada masa pemerintahan Shommu ia berusaha untuk mengendalikan krisis dengan cara bertopang pada kekuatan magis Budha saja, demi menjalankan usaha-usahanya Shommu membangun Kuil Budha di setiap propinsi. Akan tetapi usaha yang dilakukan oleh Shommu itu tidak menghasilkan perbaikan dan menghabiskan uang negara, oleh sebab itu para pendeta-pendeta dari agama Buhda mulai campur tangan dalam pemerintahan Shommu. Dapat disimpulkan zaman kekaisaran Shommu ini terdapat dua pemikiran antara pendeta dan para bangsawan. Pada masa perubahan Taika (Fujiwara) ini muncul di tengah-tengah politik zaman Nara ini sebagai kaum bangsawan baru. Setelah wafatnya kaisar Shommu dan digantikan oleh Dokyu ia masih menerapkan gaya landasan agama Budha dan akhirnya kaum Fujiwara menganjurkan untuk kembali ke unsur Kong Hu Cu. Pada akhirnya terjadilah perbedaan pendapat untuk ke dua kalinya antara kaum pendeta Budha dan kaum Fujiwara yang menganut faham Kong Hu Cu. Kemudian pada akhirnya kaum pendeta budha mendapatkan kepercayaan penuh atas rakyat dan menimbulkan kebudayaan baru, orang-orang Jepang sangat optimis dengan hasil kebudayaan sendiri.

3.5. PERPINDAHAN IBU KOTA.
            Faktor perpindahan ibu kota dari Nara ke Heian ini dicetuskan oleh kaisar Kommu dengan alasan memperketat lagi kekuasaan kekaisaran dan menghindari persaingan beda pendapat antara agama Budha dan kaum bangsawan. Dalam masa pemerintahan kaisar Kommu ia (Abad 8 M) ia banyak melakukan perubahan-perubahan undang-undang Taiho-Retsuryo, banyak yang dilakukan oleh kaisar Kommu untuk meningkatkan kemajuan pemerintahan yaitu
  1. Penumpasan pemberontakan bangsa Ainu di bagian Timur Laut Honshu.
  2. Membuka daerah-daerah terpencil untuk dijadikan perkembangan agama Budha.

3.6. PEMERINTAHAN MANGKUBUMI DAN KEBUDAYAAN JEPANG.
            Pemerintahan Mangkubumi ini terdiri dari keturunan dari Fujiwara-No-Yoshifusa mereka bekerja sebagai orang-orang terdekat pemerintahan, dimasa pemerintahan ini banyak mengalami kekurangan perhatian dan mengakibatkan lebih mementingkan urusan pribadi dan memperkaya sendiri dimana Gubenur yang ditugaskan di propinsi-propinsi tidak menjalankan tugasnya akan tetapi lebih memperkaya diri dan memperbanyak kekuasaan pribadi. Oleh sebab inilah mulai timbul perampokan-perampokan yang tidak takut akan hukum dari pemerintahan Mangkubumi, dan pada akhirnya Shoen pemilik suatu pusat persenjataan membagi-bagikan senjata kepada semua keluarganya untuk alasan beladiri. Dari sini timbul kaum Samurai yang menjadi kaum terkuat dan handal dalam perang, maka demi bangsawan-pun mengundang Samurai ini untuk menjadi tentara bayaran dan untuk mengabdi kepada pemerintahan Mangkubumi. Para tentara Samurai ini ditugaskan untuk menjaga di setiap propinsi.
            Akan tetapi pemberontakan Masakado yang diketahui berasal dari kaum Samurai sendiri mengalami bentrok yang sangat hebat. Disamping itu ada seseorang yang berama Fujiwara-No-Sumitomo (Pemimpin Kelompok), yang menguasai pusat pemerintahan di Kyushu, dengan memakan waktu yang sangat lama akhirnya Fujiwara ini dapat ditumpas dan menyebabkan gonjangan hebat bagi kaum bangsawan Mangkubumi, dengan gonjangan hebat pemerintahan Mangkubumi masih terus tetap bertahan sampai dengan pertengahan abad kesebelas. Mancinagalah teropsesi dengan sajak-sajak, diantara sajak yang terkenal hasil karya Mancinagalah yang berjudul ”Persamaan Dunia dengan Bulan Purnama”, pada abad kesepuluh penyebaran huruf-huruf kana untuk penulisan bahasa Jepang (Phonetis), dengan masing-masing satu huruf sekali bunyi. Diantara banyaknya huruf-huruf kana yang diciptakan maka banyak pula penulis-penulis pria dan wanita menghasilkan waka, novel, dan essai. Dari hasil karya penulisan pria dan wanita Jepang ini mereka banyak mengambil cerita nyata kehidupan dunia percintaan antara pria dan wanita. Dengan hasil kesustraan ini mereka mengharapkan membawa perubahan kehidupan baru dengan cara mengambil unsur-unsur terbaik dari kesastraan Cina. Kebudayaan agama Jepang dihasilkan dari perpaduan antara Budha dan keyakinan (Shin-to).



3.7. PEMERINTAHAN KAISAR BIARA DAN NAIKNYA KAUM SAMURAI
            Kaisar Shirakawa memimpim langsung kekuasaannya tanpa rasa takut dari Kompaku, namun Shirakawa memilih untuk turun tahta dan memilih untuk menjadi seorang Budhis di suatu biara, akan tetapi Shirakawa masih memimpin kekuasanya dengan cara berpolitik di belakang layar, sejak Shirakawa turun dari jabatanya pengambilan keputusan-keputusan untuk suatu kepemimpinan pihak kaum bangsawan dan keluarga ikut serta mengafresiasikan pendapat, hal ini memungkinkan untuk terjalinya hubungan erat antara pemimpin dan perangkat kerajaan. Sedangkan Shirakawa yang terikat dengan sumpah Budha yang mengakibatkan untuk menjadi seorang Budhis yang taat terhadap agama. Akan tetapi metode Insei ini berdampak buruk,  ”Pemerintahan Biara”  dikarenakan ketiga kaisar yang memimpin termasuk Shirakawa hanya mementingkan pembangunan kuil dan patung-patung Budha saja, yang mengakibatkan pemborosan keuangaan negara. Selain itu pihak pemerintahan sibuk-sibuknya merencanakan untuk solusi kedepan demi kenormalan keuangan negara, di propinsi lain sudah ada kaum Samurai yang sedang mengumpulkan kekuatan dan perlahan-lahan menetap ke ibu kota, tidak sampai disini kaum Samurai-pun mengadakan hubungan politik dengan para bangsawan.
            Kaum Samurai ini sendiri terdapat dua keluarga Minamoto dan Taira, kekuatan keduanya sudah sering didengar setiap orang, dalam menumpas pemberontakan-pemberontakan yang ada di wilayah Jepang, selain pada itu kaum bihara membuat pasukan biara ”Tentara Raib”, dan menuntut agar pemerintah memenuhi permintaan kaum Biara ini. Akan tetapi pemerintah meminta pertolongan kaum Samurai (Minamoto-Taira) untuk melawan kekuatan militer Biara. Akhirnya peperangan dimulai antara kaisar yang sedang memerintah dan kaisar yang sedang di Biara, namun disela-sela peperangan itu terjadi pula perselisihan antara kaum Samurai (Minamoto-Taira), dikarenakan adanya pihak-pihak yang berlawanan. Pada akhir peperangan antara kaisar biara dengan kaisar yang berada di kerajaan, kaisar Sutoko mengalami kekalahan, dan diantara perselisihan satu keluarga samurai ini dimenangkan oleh kaun Taira, sedangkan kaum Minamoto mengalami kekalahan. Salah satu tertingal yang masih tersisa kaum Minamoto yaitu Yoshitomo, dan Yoshitomo ini mencoba untuk menyerang kedua kalinya akan tetapi mendapatkan kekalahan untuk kedua kali. Sejak inilah kaum Taira mengambil langsung puncak pemerintahan dan menciptakan zaman yang baru.
            Salah satu dari kaum Taira ini mendapatkan jodoh dari seorang putri kaisar, kelak anak dari Taira-No-Kiyomori akan menjadi kaisar. Kiyomori merupakan seorang yang terkemuka dari hasil usaha-usaha yang dilakukanya salah satunya menjalin peningkatan hubungan dagang dengan negara Cina, usaha Kiyomori ini mendapat tentangan dari kaum Biara akan tetapi Kiyomori tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dari kepemimpinan Kiyomori, musuh lamanya (Yoritomo), sedang merencanakan pembalasan dengan cara mencari bantuan kekuatan,  Salah satu bantuan kekuatan yang direkrut oleh Yoritomo yaitu Jenderal Yorimasa dan Yoshinakan dan pada akhirnya Yoritomo mengirimkan pasukanya untuk menyerang kaisar Taira, pada serangan ketiga ini memperoleh buah yang sangat manis berhasil mengusir kaum Taira. Sejak saat itu kekuasaan kaum Taira lenyap.

3.8. BAKUFU KAMAKURA DAN SISTEM FEODAL
            Sejak kekalahan kaisar kiyomori (Taira), kekuasaan diambil langsung oleh Yoritomo (Minamoto). Yoritomo sendiri adalah putra dari Minamoto yang tewas dalam peperangan antara kaum Taira, Minamoto dan Taira merupakan satu kesatuan keluarga Samurai. Sejak kemenangan dari kaum Taira, Yoritomo dibuang ke propinsi Izu. Yoritomo selama di propinsi itu tidak hanya diam, ia membentuk para tentara yang sangat kuat dibantu oleh mertua dan kedua adik Yoritomo. Peperangan yang dilakukan oleh kedua adiknya tidak sama sekali mendapatkan bantuan dari sang kakak Yoritomo, ia menetap di daerah yang didirkanya ”Basis”, ”Kamakura”, Yoritomo mendirikan suatu lembaga administrasi lembaga ini bertujuan untuk mengawasi para pengikutnya ”Samurai” dan urusan-urusan umum lain. Setelah dari dua puluh tahun lamanya Yoritomo tidak mengiginkan pindah ke pusat pemerintahan ”Kyoto” dan mengasingkan diri dari kedua adik-adiknya itu. Yoritomo meminta kepada kaisar di Biara agar seluruh pasukan Shugo ini bertempat tingal di daerah-daerah, sedangakan Jito ditempatkan tanah-tanah milik negara, dan Shoen ditempatkan diseluruh Jepang. Dengan hasil pengaruhnya ke kaisar Yoritomo  itu juga mendapatkan kepercayaan untuk seluruh keluarga Samurai agar bisa mengabdi pemerintahan. Kaum Samurai langsung mengambil kesempatan itu untuk menjadi bagian dari pemerintahan, sejak saat itu pula peranan kaum Samurai ini menjadi dominan yang sangat besar sehinga dapat mempengaruhi semua kalangan pemerintahan. Akibat dari itu kaum Samurai melihatkan kemampuanya dalam memerintah, dan akhirnya timbulah suatu pemerintahan yang dilatar belakangi tentara Samurai. Kata-kata yang dikenal dalam suatu pemerintahan militer ini disebut ”Bakufu”. Dimasa peran Kaum Samurai mengisi Peranan penting di pemerintahan, Yoritomo diangkat sebagai pemimpin Shogun, tujuan dari diangkatnya Yoritomo ini sebagai pimpinan pasukan Samurai agar dapat menumpas pemberontakan-pemberontakan yang ada di wilayah Jepang. Sejak diangkatnya Yoritomo sebagai Jenderal pimpinan maka diangap sebagai permulaan sistem Feodal.
            Dengan wafatnya Yoritomo, pemerintah yang dipimpin langsung kaisar Biara langsung mencari penganti Jenderal Yoritomo dengan penganti dengan memilih anak Yoritomo Sonetomo dan Yoriee sebagai Shogun, tak lama dari mereka menjadi Shogun Sonetomo dibunuh oleh nak Yoriee, Kugyo. Dengan terbunuhnya Yoritomo maka tidak ada lagi garis keturunan Minamoto, dari terbunuhnya Sonetomo tidak membuat para pasukan Samurai goncang. Semenjak Hojo Tokimasa memegang pemerintahan ia menamakan dirinya sebagai Shiken (Mangkubumi). Adapun satu kaisar yang juga mengikuti jejak Shirakawa sebagai kaisar yang sebagai seorang Budhis yaitu kaisar Gotoba yang merupakan kaisar penganti  Kujo Yoritsune. Sejak wafatnya kaisar Gotoba lalu digantikan oleh putranya yang bernama  Juntoku, tak lama Juntoku memimpin ia menarik diri dan bakufu mengambil ahli tiga ribu daerah milik istana. Semenjak Yoshitoki memimpin dan turun tahta lalu digantikan oleh Yasutoki. Lalu Yasutoki mengumumkan tentang Undang-undang adat kebiasaan kaum Samurai dan aturan-aturan yang telah ada pada zaman Yoritomo.



0 Response to "Sejarah Jepang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel